Bel
istirahat berbunyi, murid kelas XI IPA 3 keluar dan semuanya pergi ke kantin bersama teman-teman
sekelasnya. Namun terlihat seorang siswa yang termenung sendirian di bangku
depan kelasnya bernama Tara. Ia merupakan siswa yang rajin, sopan, pintar
tetapi ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Teman-temannya hanya ingin
berteman dengannya saat ada tugas ataupun pekerjaan rumah. Disaat itu ia
sendirian, Tara ini tidak mempunyai teman yang paling akrab. Ada yang dekat
dengannya Tina teman sekelasnya tetapi Tina ini juga dekat dengan Rini. Jadi
waktu Tina lebih sering bersama Rini dibanding Tara.
Bel
masuk pun berbunyi semua murid masuk kelasnya masing-masing. Tara yang tadinya
termenug sendirian di depan kelasnya pun masuk kelas. Kemudian ia duduk di
bangkunya bersama Tina. Bu Guru pun masuk saat itu belajar Matematika dengan Bu
Artati yang cukup galak dan pemarah itu. Semua muridnya takut dengan Bu Guru
yang satu ini. Namun, Tara tak pernah takut dengan ibu itu, karena ia terbiasa
dengan yang seperti itu. Di rumah ia selalu dimarahi ibunya karena walaupun ia
pintar selalu juara kelas dan bahkan juara umum di sekoahnya. Tara ini orangnya
sering tidak mengikuti perintah orang tuanya seperti disuruh menyapu rumah dan
halaman, cuci piring dan lain sebagainya itu pokoknya hal-hal yang berhubungan
dengan pekerjaan di rumah yang sebenarnya ia sudah bisa mengerjakannya. Tetapi
waktunya dihabiskan di rumah dengan tidur dan belajar saja. Ia juga termasuk
orang yang sedikit agak egois.
Besok
sorenya ada les sore bersama Bu Devi yaitu guru pelajaran Biologi
“Sore
semuanya!”
“Sore…Bu…”
“Baiklah
kita lanjutkan materi les kita hari ini dengan membahas soal-soal TRY OUT
tahun lalu.” kata Bu Devi.
Seperti biasanya
setiap les sore Biologi ini selalu membahas soal-soal UN. Beberapa saat telah
berlalu semua telah selesai mengerjakan soal-soal yang telah diberikan Bu Devi
dan saatnya untuk membahasnya. Ketika Bu Devi bertanya,
“Ini
yang F apa isinya ?”
Dengan percaya dirinya Tara menjawab,
“Ini
medusa, efira, planula bu…” jawab Tara
Saat itu
semuanya terdiam, jadi hanya suara Tara dan Bu Devi yang terdengar. Ternyata jawaban Tara itu
tidak sesuai dengan yang ditanyakan Bu Devi. Tetapi Bu Devi tidak terlalu
menghiraukannya. Karena ia sebenarnya menayakan gambar yang F itu apa bukan apa
isinya. Alangkah malunya Tara saat itu, teman-temannya mengatakan: “Apa sich Tara GaJe (Nggak Jelas)…”
Sejak saat itu ia mulai tidak
percaya diri karena entah kenapa biasanya ia selalu konsentrasi dalam belajar
baik pagi, siang maupun les sore namun saat itu ia tidak konsentrasi. Walaupun
demikian dia tidak pernah putus asa orangnya ia akan selalu semangat walaupun
ia berkali-kali berbuat kesalahan yang sama.
Sesampainya di asrama, Tara ini
bersekolah di Boarding School. Ia
bercanda tawa dengan yang lainnya, namun itu hanya di luar saja ia tidak pernah
merasa bebas dengan hidup dan lingkungannya. Ia menganggap orang yang baik
terhadapnya hanya berpura-pura.
“Hai
Tar, gimana les sore ini? Kata Chilla temannya at dormitory tetapi beda kelas.
“Ya,
asyik sich…”
“Kok
gitu bilangnya pake sich?”
“Hmn
ya, memang seperti itu...”
“Memangnya
kenapa ?”
“Eh
tahu nggak? Aku tadi di kelas malu banget soalnya aku salah menjawab pertanyaan
dari Bu Devi, dan aku diejekin lagi dikelas.”
“Yeah,
masa ia seperti itu saja nggak semangat lagi…Chayoo…Yeah! Ayo Tara mana sich
Tara yang ku kenal dan selalu semangat?”
“OK,
aku semangat. Sekarang aku semangat lagi. Thank
you friend!”
“You’re Welcome…”
Sejak itu akibat dari
nasihat-nasihat dari beberapa temannya di sekolah maupun di asrama ia menjadi
berubah. Ia menjadi orang yang suka bergaul dan sekarang ia punya banyak teman.
Suatu malam beberapa temannya datang
menemuinya untuk dimintai mengajarkan materi Biologi yang mana besoknya bakalan
ulangan. Ia pun sibuk mengajarkan teman-temannya.
“Tar
kamu kok berubah ya?” kata Rere.
“Hmn,
berubah? Berubah bagaimana?”
“Iya,
tidak seperti dulu lagi sekarang sudah mulai bergaul dan bahkan sepertinya…”
“Sepertinya
apa?”
“Yaaa
Lebay gitu deach…”
“Enak
saja, nggak tahu!”
“Ia
kenyataannya seperti itu.”
“Ya,
kalau orang-orang nilainya seperti itu. Ya sudahlah. Ayo kita lanjutin lagi
belajarnya?”
“OK!
Belajar…”
Dua tahun hidup di asrama Tara
berubah dari yang sebelumnya suka pendiam, suka tidak percaya diri dan punya
sedikit teman. Sekarang sudah percaya diri dan kini Tara mempunyai banyak
teman.
“Jadi,di
sini hubungan social itu sangat diperlukan untuk berinteraksi dengan sesama
membentuk hubungan yang baik” kata Bu Rina menjelaskan materi Sejarahnya.
“Betul
itu Bu!” kata Hendra. Seorang ketua kelas XI IPA 3.
“Iya
Hendra.”
“Iya
Bu, hubungan social yang baik sangat
diperlukan supaya kita tidak cap sebagai orang yang sommbong dan egois.”
Saat itu Tara merasa tersinggung
karena sebelum ini ia selalu tertutup dan tidak suka bergaul. Jadi ia pernah
dicap sombong dan sifatnya yang tampak agak egois. Namun sindiran itu
dijadikannya sebagai sebuah motivasi utnuk dia bisa jadi lebih baik dan tidak
ingin lagi menjadi orang yang disebut pintar tetapi tidak mempunyai kecakapan
dalam hubungan social.
Di Kelas XII IPA I Tara dan
teman-temannya sering mengadakan diskusi, itu membuatnya lebih bisa
berbicara dan membiasakan dirinya untuk
bisa diterima di depan orang banyak dengan menyampaikan pendapat-pendapatnya.
“Tar,
yang ini bukannya seperti ini?”
“Ya,
mengapa demikian? Bukannya jalannya seperti ini?”
Saat itu mereka
sedang di kelas diskusi pelajaran Kimia materi sifat koligatif.
“Tetapi
saya mendapat jawabannya seperti ini, jawaban kamu kok seperti tu nggak sama
dengan aku dan yang lainnya?” Tanya Toto balik.
“Seperti
ini, mari saya jelaskan…”
Tara pun
menjelaskan jalannya akhirnya Toto dan teman yang lain mengerti dan dapat
menerima penjelasan darinya. Tara sudah berubah ia sudah bisa sabar menghadapi
temannya yang berbeda pendapat dengannya. Sifat egoisnya dapat ia kurangi
daripada sebelumnya.
*** THE END ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar