Kamis, 24 Mei 2012

“ Si Pendiam Menjadi Easy Going”

Bel istirahat berbunyi, murid kelas XI IPA 3 keluar dan  semuanya pergi ke kantin bersama teman-teman sekelasnya. Namun terlihat seorang siswa yang termenung sendirian di bangku depan kelasnya bernama Tara. Ia merupakan siswa yang rajin, sopan, pintar tetapi ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Teman-temannya hanya ingin berteman dengannya saat ada tugas ataupun pekerjaan rumah. Disaat itu ia sendirian, Tara ini tidak mempunyai teman yang paling akrab. Ada yang dekat dengannya Tina teman sekelasnya tetapi Tina ini juga dekat dengan Rini. Jadi waktu Tina lebih sering bersama Rini dibanding Tara.
Bel masuk pun berbunyi semua murid masuk kelasnya masing-masing. Tara yang tadinya termenug sendirian di depan kelasnya pun masuk kelas. Kemudian ia duduk di bangkunya bersama Tina. Bu Guru pun masuk saat itu belajar Matematika dengan Bu Artati yang cukup galak dan pemarah itu. Semua muridnya takut dengan Bu Guru yang satu ini. Namun, Tara tak pernah takut dengan ibu itu, karena ia terbiasa dengan yang seperti itu. Di rumah ia selalu dimarahi ibunya karena walaupun ia pintar selalu juara kelas dan bahkan juara umum di sekoahnya. Tara ini orangnya sering tidak mengikuti perintah orang tuanya seperti disuruh menyapu rumah dan halaman, cuci piring dan lain sebagainya itu pokoknya hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan di rumah yang sebenarnya ia sudah bisa mengerjakannya. Tetapi waktunya dihabiskan di rumah dengan tidur dan belajar saja. Ia juga termasuk orang yang sedikit agak egois.
Besok sorenya ada les sore bersama Bu Devi yaitu guru pelajaran Biologi
“Sore semuanya!”
“Sore…Bu…”
“Baiklah kita lanjutkan materi les kita hari ini dengan membahas soal-soal TRY OUT tahun lalu.” kata Bu Devi.
Seperti biasanya setiap les sore Biologi ini selalu membahas soal-soal UN. Beberapa saat telah berlalu semua telah selesai mengerjakan soal-soal yang telah diberikan Bu Devi dan saatnya untuk membahasnya. Ketika Bu Devi bertanya,
“Ini yang F apa isinya ?”
  Dengan percaya dirinya Tara menjawab,
“Ini medusa, efira, planula bu…” jawab Tara
Saat itu semuanya terdiam, jadi hanya suara Tara dan Bu Devi  yang terdengar. Ternyata jawaban Tara itu tidak sesuai dengan yang ditanyakan Bu Devi. Tetapi Bu Devi tidak terlalu menghiraukannya. Karena ia sebenarnya menayakan gambar yang F itu apa bukan apa isinya. Alangkah malunya Tara saat itu, teman-temannya mengatakan: “Apa sich Tara GaJe (Nggak Jelas)…”
            Sejak saat itu ia mulai tidak percaya diri karena entah kenapa biasanya ia selalu konsentrasi dalam belajar baik pagi, siang maupun les sore namun saat itu ia tidak konsentrasi. Walaupun demikian dia tidak pernah putus asa orangnya ia akan selalu semangat walaupun ia berkali-kali berbuat kesalahan yang sama.
            Sesampainya di asrama, Tara ini bersekolah di Boarding School. Ia bercanda tawa dengan yang lainnya, namun itu hanya di luar saja ia tidak pernah merasa bebas dengan hidup dan lingkungannya. Ia menganggap orang yang baik terhadapnya hanya berpura-pura.
“Hai Tar, gimana les sore ini? Kata Chilla temannya at dormitory tetapi beda kelas.
“Ya, asyik sich…”
“Kok gitu bilangnya pake sich?”       
“Hmn ya, memang seperti itu...”
“Memangnya kenapa ?”
“Eh tahu nggak? Aku tadi di kelas malu banget soalnya aku salah menjawab pertanyaan dari Bu Devi, dan aku diejekin lagi dikelas.”
“Yeah, masa ia seperti itu saja nggak semangat lagi…Chayoo…Yeah! Ayo Tara mana sich Tara yang ku kenal dan selalu semangat?”
“OK, aku semangat. Sekarang aku semangat lagi. Thank you friend!”
You’re Welcome…”
            Sejak itu akibat dari nasihat-nasihat dari beberapa temannya di sekolah maupun di asrama ia menjadi berubah. Ia menjadi orang yang suka bergaul dan sekarang ia punya banyak teman.
            Suatu malam beberapa temannya datang menemuinya untuk dimintai mengajarkan materi Biologi yang mana besoknya bakalan ulangan. Ia pun sibuk mengajarkan teman-temannya.
“Tar kamu kok berubah ya?” kata Rere.
“Hmn, berubah? Berubah bagaimana?”
“Iya, tidak seperti dulu lagi sekarang sudah mulai bergaul dan bahkan sepertinya…”
“Sepertinya apa?”
“Yaaa Lebay gitu deach…”
“Enak saja, nggak tahu!”
“Ia kenyataannya seperti itu.”
“Ya, kalau orang-orang nilainya seperti itu. Ya sudahlah. Ayo kita lanjutin lagi belajarnya?”
“OK! Belajar…”
            Dua tahun hidup di asrama Tara berubah dari yang sebelumnya suka pendiam, suka tidak percaya diri dan punya sedikit teman. Sekarang sudah percaya diri dan kini Tara mempunyai banyak teman.
“Jadi,di sini hubungan social itu sangat diperlukan untuk berinteraksi dengan sesama membentuk hubungan yang baik” kata Bu Rina menjelaskan materi Sejarahnya.
“Betul itu Bu!” kata Hendra. Seorang ketua kelas XI IPA 3.
“Iya Hendra.”
“Iya Bu,  hubungan social yang baik sangat diperlukan supaya kita tidak cap sebagai orang yang sommbong dan egois.”
            Saat itu Tara merasa tersinggung karena sebelum ini ia selalu tertutup dan tidak suka bergaul. Jadi ia pernah dicap sombong dan sifatnya yang tampak agak egois. Namun sindiran itu dijadikannya sebagai sebuah motivasi utnuk dia bisa jadi lebih baik dan tidak ingin lagi menjadi orang yang disebut pintar tetapi tidak mempunyai kecakapan dalam hubungan social.
            Di Kelas XII IPA I Tara dan teman-temannya sering mengadakan diskusi, itu membuatnya lebih bisa berbicara  dan membiasakan dirinya untuk bisa diterima di depan orang banyak dengan menyampaikan pendapat-pendapatnya.
“Tar, yang ini bukannya seperti ini?”
“Ya, mengapa demikian? Bukannya jalannya seperti ini?”
Saat itu mereka sedang di kelas diskusi pelajaran Kimia materi sifat koligatif.
“Tetapi saya mendapat jawabannya seperti ini, jawaban kamu kok seperti tu nggak sama dengan aku dan yang lainnya?” Tanya Toto balik.
“Seperti ini, mari saya jelaskan…”
Tara pun menjelaskan jalannya akhirnya Toto dan teman yang lain mengerti dan dapat menerima penjelasan darinya. Tara sudah berubah ia sudah bisa sabar menghadapi temannya yang berbeda pendapat dengannya. Sifat egoisnya dapat ia kurangi daripada sebelumnya. 

*** THE END ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar